Minggu, April 25, 2010

Clash Of The Titans

Dituliskan oleh Alam Suryo Wibowo CC 2007 

Cerita Biasa yang Dikemas dengan Tidak Luar Biasa

Perseus (Sam Worthington) lahir atas hubungan terlarang antara Zeus dengan seorang permaisuri raja yang melawannya. Karena merasa kesal, sang raja akhirnya membuang permaisuri beserta anaknya ke dalam lautan. Perseus selamat namun ibunya tidak. Perseus kemudian diselamatkan oleh awak kapal yang tengah berlayar di lautan. Mengikuti jejak sang awak kapal, Perseus tumbuh menjadi remaja yang kuat dan tangguh.
Perjalanan Perseus mulai berubah saat dirinya memasuki kawasan Argos, kawasan pemukiman yang warganya tidak percaya lagi dengan kekuatan para dewa, dimana dia diyakini sebagai manusia setengah dewa. Keangkuhan warga Argos yang tidak lagi ingin menyembah dewa dimanfaatkan Hades, dewa kejahatan, untuk membumihanguskan Argos sekaligus Zeus dengan peliharaannya, Kraken, gurita besar yang ganas dan menyeramkan.

Demi menyelamatkan Argos, Perseus menjadi salah satu prajuritnya guna melawan Kraken nantinya. Sejak saat itu, hari-hari Perseus menjadi lebih berat dan genting dengan hadirnya musuh-musuh yang harus dilawannya. Hingga pada akhirnya musuh terbesarnya muncul, Kraken. Dengan bermodalkan kepala medusa yang dengan sinar dari matanya mampu mengubah apapun menjadi batu, akhirnya Perseus mampu melumpuhkan Kraken dan menyelamatkan putri Andromeda yang dijadikan sebagai persembahan warga 
Argos. Dengan demikian, Argos selamat dan Perseus dijadikan sebagai dewa oleh mereka.

Film yang sempat rilis tahun 1981 dengan judul yang sama ini berusaha dihadirkan kembali oleh Louis Leterrier dengan kecanggihan teknologi yang jelas lebih baik daripada film aslinya. Kehadiran Sam Worthington pun dirasa menjadi salah satu daya tarik film ini agar mampu dinikmati para pecinta film seluruh dunia. Sam Worthington yang baru saja melejit namanya lewat film Avatar diharapkan mampu menaikkan nilai jual film ini.

Tidak hanya itu, daya tarik jual film ini turut pula dirasakan melalui kostum dan setting tempat dari setiap adegan dalam film ini. Kostum yang detail dan setting tempat yang menarik diyakini mampu memikat hati penonton. Pergerakan musik yang dihadirkan dalam film ini pun mampu membangkitkan suasana menjadi seperti apa yang dibayangkan sang sutradara. Ada kalanya musik mengeras, mengecil, bahkan tidak ada sama sekali.

Sayangnya, penggarapan musik yang baik ini kurang diimbangi dengan penggarapan cerita yang baik pula. Cerita dirasa monoton dan kurang berkembang di tengah-tengah film. Penonton seolah dibuai dengan alur cerita yang maju tanpa ada pergolakan konflik yang sangat beragam di dalamnya. Dalam beberapa adegan, editing dinilai kasar, contohnya saat adegan di pasar yang menuntut sorak ramai pengunjung pasar, kurang diperhatikan suaranya oleh editor, sehingga saat pergantian scene, suara menjadi tidak sekeras scene sebelumnya, yang berakibat pada berkurangnya cita rasa penonton yang menikmatinya.
Kamera yang bergoyang saat adegan Perseus dihakimi oleh petinggi desa Argos pun justru membuat adegan ini menjadi lebih tidak menarik. Pergerakan kamera saat adegan Perseus dan kawan-kawan melawan kalajengking pun menjadikan adegan ini terlihat lebih membingungkan. Efek cahaya matahari yang beberapa kali menutupi pemain dirasa mengandung nilai estetika yang tinggi, namun menjadi kurang indah tatkala pemain menjadi tidak terlalu kelihatan dan lebih terhalangi oleh cahaya matahari ini.

Art dalam ini sangat terlihat diperhatikan oleh art director-nya. Akan tetapi, akan terasa biasa saja saat art yang ditampilkan sudah dapat ditebak oleh penonton. Maka tidak ada yang spesial dalam penggarapan art dalam film ini.

Meskipun penggarapan cerita, screenplay, dan art dirasa biasa saja, namun harus kita akui bahwa film ini berhasil menghibur penonton dengan diselipkannya adegan-adegan yang mengundang tawa justru di saat-saat genting. Film ini juga berhasil memainkan emosi penontonnya dalam adegan yang memang seharusnya menegangkan.

Keberanian sang sutradara untuk menghadirkan kisah pertarungan antara dewa dan manusia patut diacungkan jempol. Namun satu hal yang harus diwaspadai adalah, akan lebih baik apabila keberanian diimbangi dengan pengembangan cerita dan pengemasan keseluruhan film dengan baik pula, sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa film ini berisikan cerita biasa yang dikemas dengan tidak luar biasa.

Comments (0)

Posting Komentar