Minggu, Desember 23, 2007

Pre Production - DoP Section

Pre Production DoP Section
Camera angle Sebuah adegan bisa direkam oleh kamera dengan berbagai sudut pengambilan gambar. Tiap sudut (angle) umumnya mempunyai maksud tertentu. Sutradara menentukan camera angle ketika menyusun shot-shot yang kemudian membentuk shotlist. Lewat storyboard akan tampak perbedaan sudut pengambilan gambar dari tiap shot atau adegan. Ditinjau dari tinggi-rendah kamera terhadap obyek yang akan direkam sudut pengambilan gambar umumnya terbagi dalam tiga kelompok yakni high angle, low angle dan eye level. Untuk mendapatkan posisi high angle, tempatkan kamera lebih tinggi dari obyek. Jadi kamera tidak harus diletakkan di tempat yang tinggi sekali, cukup berada lebih tinggi dari obyek maka itu sudah tergolong high angle. Biasanya high angle digunakan untuk menunjukkan lemah, tak berdaya atau kekaguman atas objek atau tokoh lain. Low angle adalah kebalikan dari high angle. Tempatkan kamera lebih rendah dari obyek maka kita telah mendapatkan sebuah low angle. Umumnya low angle memberi kesan superioritas atau dominasi seorang tokoh atas tokoh lainnya. Dalam konteks ruang, baik high angle maupun low angle bisa digunakan untuk memberi informasi tentang tinggi-rendah tempat di mana tokoh berada. Eye level adalah posisi kamera sejajar dengan mata sang tokoh dalam gambar yang kita rekam. Untuk memberi kesan sepadan atau tidak ada dominasi, kita bisa menggunakan eye level. Penggunaan eye level dalam sebuah film jauh lebih banyak dibanding high angle dan low angle. Hal ini terjadi karena kedua angle terakhir hanya diperlukan pada adegan atau shot khusus saja, selebihnya film akan mudah dinikmati bila disajikan dalam eye level. Tentu saja tidak ada patokan mutlak tentang perbandingan penggunaan masing-masing angle. Siasati penggunaan angle dalam tiap adegan film kita sesuai kesan yang ingin kita tampilkan. Jenis Shot Ukuran obyek yang kita rekam bisa beraneka ragam untuk itu silakan pelajari ilustrasi berikut. (ilustrasi nyusul ya ... :-)) Gerakan Kamera Agar gambar dalam film kita tampak variatif sehingga menjadi lebih enak ditonton, kita dapat memanfaatkan gerakan kamera. Untuk kamera handycam ada dua macam gerakan yang bisa kita lakukan dengan tripod kamera adalah Pan dan Tilt. Pan adalah gerakan kamera dengan poros horisontal ke kiri (pan left) atau ke kanan (pan right). Poros yang dimaksud adalah kepala tripod yang bisa bergerak. Tilt adalah gerakan kamera dengan poros vertikal ke atas (tilt up) atau ke bawah (tilt down). Variasi lain yang bisa kita coba adalah dengan gerakan kamera seperti berikut: Zoom adalah gerakan shot dengan menggunakan fasilitas yang ada di kamera, yang membuat sebuah obyek long shot menjadi close up (zoom in) atau membuat obyek close up menjadi long shot (zoom out). Track in/Track out adalah gerakan kamera mendekati dan menjauhi obyek. Berbeda dengan zoom in/zoom out, gerakan kamera ini dibantu dengan menggunakan dolly (kereta yang digunakan untuk mendorong kamera) Follow through adalah gerakan kamera yang dilakukan dengan mengikuti obyek yang bergerak. Berbeda dengan panning, follow through dilakukan dengan cara kamera ikut bergerak searah dengan gerakan obyek. Tips. Sebaiknya kita menggunakan tripod kamera sesering mungkin. Untuk adegan statis maupun dengan pan atau tilt, tripodumumnya memberi hasil yang Iebih balk dibanding dengan hanya mengandalkan tangan kita untuk memegang kamera. Kita bisa menggunakan kursi roda atau papan skateboard untuk menggantikan fungsi dolly. Tata Cahaya Ada dua macam sumber cahaya yang bisa kita pergunakan yakni sinar matahari dan lampu. Sinar matahari umumnya sulit dikontrol. Kita sangat memerlukannya bila adegan direkam di luar ruang. Kompromi yang harus kita lakukan adalah menempatkan obyek pada angle terbaik agar gambar sesuai dengan keinginan kita. Lampu bisa kita kontrol semaksimal mungkin untuk menghasilkan efek yang kita inginkan. Dari segi arah cahaya ada 3 kelompok cahaya yang kita bisa manipulasi untuk mendapat gambar terbaik: Key light adalah cahaya utama yang mucul dalam adegan atau shot tersebut. Andaikan kita mengambil adegan VERA menjemput si stasiun siang hari, maka key light-nya adalah cahaya matahari. Bila adegan tersebut dibuat pada malam hari, maka key light-nya adalah lampu stasiun terdekat dengan VERA. Fill light adalah cahaya tambahan untuk memberi aksen. Seringkali ada beberapa bagian dari obyek gambar yang tidak mendapat cahaya yang cukup dari key light sehingga obyek menjadi tampak sangat gelap. Jalan keluarnya adalah dengan menambahkan cahaya agar bagian itu tidak gelap total. Intestitas cahaya fill light diberi secukupnya, tidak boleh lebih terang dari key light. Pada prinsipnya key light adalah cahaya utama, dan instensitasnya lebih tinggi dibanding fill light. Pada contoh adegan di atas, setelah mendapat key light perhatikan bagian VERA yang kurang mendapat cahaya atau gelap sama sekali. Beri tambahan cahaya secukupnya pada bagian gelap tersebut. Back Light adalah cahaya yang digunakan untuk menerangi back ground (latar belakang obyek). Gunanya adalah untuk memisahkan obyek dengan latarnya. Bila back ground tidak diberi cahaya yang memadai seringkali obyek tampak menyatu dengan latarnya. Dalam adegan di stasiun tersebut di malam hari, antara VERA dan bangunan stasiun harus dibedakan. VERA telah mendapat key light dan fill light, sedang bangunan belum mendapat cahaya (karena tidak ada matahari). Beri cahaya secukupnya agar tampak wajar di dalam gambar. NB Admin. : Pasti belum pada puas kan tentang DoP ni, btar bakalan diperbanyak lagi materinya ... mohon doain biar dapet banyak bahan ... ilustrasi menyusul aja ok ... males masukin ke Blog. Sumber : CD Interaktif Program Bimbingan anak Sampoerna (PBA) Karya Kita Bengkel Film Pemula

Comments (0)

Posting Komentar