Pre Production - Sound Director Section
Pre Production
Sound Director Section
Tata Suara
Tata suara sebaiknya mendapat perhatian yang detail dalam sebuah produksi film. Audio - apakah itu dialog, musik atau efek suara - membantu memperkuat suasana atau mood yang ingin dicapai oleh sebuah film. Karenanya, rancanglah tata suara yang sesuai dengan film kita. Perhatikan beberapa hal berikut dalam mendesain tata suara film kita: Apakah dialog akan direkam secara langsung atau tidak? Apakah film kita perlu musik? Bagaimana kita akan menyusun efek suara?
Desain tata suara yang baik memuat ketiga elemen tersebut sejak awal. Misalnya film kita tak perlu musik, maka sebaiknya dialog dan efek suara dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi film yang kita buat. Jangan sampai keputusan ini dibuat belakangan, film kita bisa timpang nantinya. Perencanaan tata suara juga membantu para kru yang bertanggung-jawab menangani suara mengetahui secara pasti apa yang harus mereka kerjakan.
Dialog
Untuk keperluan merekam dialog, perekam suara yang lazim digunakan di Indonesia adalah DAT (digital audio tape). DAT punya sejumlah kelebihan: pengoperasiannya mudah, harga pita kasetnya murah dan alatnya ringan serta bentuknya sederhana. Sebelumnya, alat yang lazim digunakan adalah Nagra. Beberapa pihak menyebut kualitas rekaman Nagra lebih baik ketimbang DAT. Namun karena praktis, DAT lebih popular digunakan. Nagra sendiri langka dan sudah jarang sekali digunakan.
Proses perekaman dialog bisa dilakukan dengan dua cara, langsung (direct sound) atau tidak langsung (after recording). Masing-masing punya kekurangan dan kelebihannya masingmasing, kita pun bisa mengkombinasikan keduanya untuk film kita.
Kelebihan dari direct sound adalah bahwa suara yang terekam akan mencerminkan mood pemeran saat shooting dilakukan. Dengan begitu, suara yang terekam diperkuat oleh gambar dan suasana yang muncul saat shooting. Kelemahan dari direct sound adalah saat di lokasi shooting sering muncul suarasuara yang tidak diinginkan dan tidak bisa dikendalikan. Perekaman suara dengan cara direct sound biasanya memakan waktu dan terkadang hasilnya tak sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk mengatur komposisi dan mengelola alat dalam melakukan direct sound, hal ini perlu diskusikan dengan penata suara (sound engineer) kita. Pada tahap pra produksi, penata suara bertugas merancang tata suara sehingga mampu menghasilkan suasana yang diinginkan oleh sutradara dan digariskan oleh skenario. Di tahap pasca produksi, penata suara juga membantu editor untuk meletakkan semua elemen suara agar sinkron atau sesuai dengan rekaman gambar dan suasana yang diinginkan (sync).
Selama shooting, penata suara berkoordinasi dengan perekam suara (sound recordist) dan asistennya (boom person) yang mengarahkan mikrofon. Hasil rekaman suara selama shooting di lokasi adalah tanggung jawab sound recordist dan boom person. Di Indonesia, umumnya yang terlibat dalam produksi film adalah sound recordist, tanpa penata suara bahkan terkadang tanpa boom person. Tugas penata suara di tahap pasca produksi acap kali dirangkap oleh editor.
After recording memberi keleluasaan untuk merekam suara tanpa gangguan suara di lokasi karena perekaman suaranya dilakukan di studio. Secara teknis, kontrol perekaman ada di tangan kita. Kelemahan after recording adalah mood yang lebih sukar dicapai ketimbang perekaman suara dengan cara direct sound. Pengisi suara harus menghidupkan kembali emosi yang dimunculkan pemeran pada saat shooting berlangsung. Bisa jadi si pengisi suara justru bukan pemeran itu sendiri, apalagi jika film kita adalah film animasi. Proses after recording sendiri terkadang membuat kikuk si pengisi suara apabila belum terbiasa.
Mana yang lebih baik, direct sound atau after recording? Apabila kita mampu mengamankan lokasi shooting dari segala kemungkinan gangguan suara, maka pilihan terbaik adalah direct sound. Apabila porsi narasi dalam film cukup banyak, ada baiknya kita memilih after recording. Pilihan ada di tangan kita. Sebaiknya hal ini kita putuskan semenjak awal. Misalnya after recording yang dipilih, maka sebaiknya kita juga memilih pemeran yang sudah berpengalaman melakukan after recording. Jika kita memilih direct sound, bersiaplah untuk mengamankan lokasi shooting dari suara yang mengganggu.
Musik
Elemen musik dimaksudkan untuk mempertegas sebuah adegan agar lebih kuat maknanya. Apabila musik dimaksudkan sekedar sebagai latar belakang, maka musik masuk kategori elemen efek suara. Misalnya, adegan di sebuah diskotik. Maka suara musik disko merupakan efek suara dan bukan musik.
Musik sendiri dibagi dua, ilustrasi musik (music illustration) dan theme song. Ilustrasi musik adalah suara, baik dihasilkan melalui instrumen musik atau bukan, yang disertakan dalam suatu adegan guna memperkuat suasana. Penanggungjawab ilustrasi musik disebut ilustrator musik (music illustrator). Pada tahap pra produksi, ilustrator musik berdiskusi bersama sutradara dan produser guna membahas konsep musik film tersebut dan menciptakan beberapa contoh untuk dipresentasikan. Apabila konsepnya diterima, ilustrator musik bisa membuat stok yang dirasa cocok. Di tahap pasca produksi, setelah semua dialog dan efek suara dilengkapi, ilustrator musik membantu editor untuk meletakkan musik pada tempatnya yang sesuai.
Theme song adalah lagu yang dimaksudkan sebagai bagian dari identitas sebuah film; bisa merupakan lagu yang ditulis khusus untuk film tersebut ataupun lagu yang telah populer sebelumnya (biasanya dipilih sendiri oleh sutradara dan produser). Tentu saja ada aspek hak cipta yang mesti diperhatikan di sini. Theme song bisa dikerjakan oleh ilustrator musik ataupun orang lain. Apabila sebuah film cerita punya sejumlah theme song, kumpulan lagu tersebut kebanyakan dirilis dalam bentuk kaset atau compact disc (CD) sebagai Original Motion Picture Soundtrack (OMPS) atau biasa disingkat soundtrack.
Efek Suara (Sound Effect)
Bunyi gemerincing seonggok kunci, langkah sepatu di atas lantai keramik, suara pintu mobil ditutup, suara peluit wasit dan tangis bayi adalah contoh sound effect dalam sebuah film. Suara yang ditimbulkan oleh semua aksi dan reaksi dalam film termasuk dalam elemen efek suara. Efek suara perlu untuk memanjakan telinga penonton, dengan demikian penata suara yang baik akan memasukkan semua bunyi yang masuk akal dengan cerita dan menghilangkan semua yang tidak perlu.
Tips
Untuk kamera handycam, sebaiknya tidak merekam dialog dengan mic yang ada pada kamera. Upayakan memakai mic yang biasa dipakai untuk karaoke di rumah. Hubungkan mic tersebut ke kamera baru lakukan perekaman gambar dan suara bersamaan.
Agar suara aktor bisa terekam lebih jelas saat shooting di tempat ramai, maka untuk mengakalinya dengan membuat boom sendiri. Caranya, pakai mic yang diikatkan pada tongkat/sapu agar bisa didekatkan ke aktor. Hati-hati, jangan sampai tongkat/mic/bahkan bayangannya masuk ke dalam shoot.
Kalau shooting dilakukan ditempat berangin, jangan lupa mic dibungkus dengan kain supaya suara desiran angin bisa diredam.
Sumber :
CD Interaktif
Program Bimbingan anak Sampoerna (PBA) Karya Kita
Bengkel Film Pemula
Comments (0)
Posting Komentar