Pre Production - Producer Section - Menyusun tim produksi
Pre Production
Producer Section
Menyusun tim produksi
Di bagian awal dan akhir sebuah film, acap kali kita menyaksikan daftar tim produksi dan pemeran fim tersebut. Daftar ini disebut credit. Konvensi membagi daftar ini menjadi dua. Nama pemeran utama, pemeran pembantu utama dan kepala masing-masing departemen dalam tim produksi diletakkan di awal film (opening). Sisanya diletakkan di bagian akhir film. Lewat credit, kita bisa membaca tingkat kerumitan sebuah produksi film. Credit dapat membantu kita mempelajari bagaimana menyusun sebuah tim kerja untuk keperluan sebuah produksi film, sesuai dengan tingkat kesulitan dan karakter pekerjaan masing-masing. Sayangnya, credit sering sekali luput dari penghargaan. Begitu credit muncul di layar seusai film, lampu dinyalakan agar penonton lekas-lekas keluar sehingga ruangan bisa segera dibersihkan untuk menerima penonton jam pertunjukkan berikutnya. Padahal boleh jadi ada penonton yang ingin mencermati siapa-siapa saja yang terlibat dan bagaimana struktur tim kerja produksi film tersebut. Hanya melalui kerja keras mereka yang namanya tercantum di credit title-lah, sebuah film bisa dinikmati oleh penonton. Mari kita tinjau siapa-siapa saja yang terlibat dalam produksi sebuah film. Umumnya, tim kerja yang terlibat dalam produksi film terbagi dalam departemen-departemen seperti berikut ini :
1. Departemen Produksi yang dikepalai oleh para produser.
2. Departemen Penyutradaraan yang dikepalai oleh sutradara.
3. Departemen Kamera yang dikepalai oleh penata fotografi.
4. Departemen Artistik yang dikepalai oleh desainer produksi atau penata artistik.
5. Departemen Suara yang dikepalai oleh penata suara.
6. Departemen Editing yang dikepalai oleh editor.
Di beberapa literatur tentang manajemen produksi, terkadang jumlah departemen yang tercantum lebih banyak lagi. Hal yang penting kita ingat adalah bagaimana caranya tim kerja tersebut disusun agar tiap orang yang terlibat bisa bekerja dengan baik dalam sebuah struktur organisasi yang ramping dan efektif. Setidaknya tim produksi kita harus punya enam departemen berikut kepalanya. Tiap kepala departemen ini bertanggungjawab atas semua hasil kerja yang dilakukan oleh anak buah yang tergabung dalam departemennya.
Untuk itu, komunikasi yang baik antar departemen dan antar kru mutlak dibutuhkan. Setiap kepala departemen mesti paham akan apa yang harus dilakukan dalam departemen yang mereka pimpin. Segala informasi yang dirasa perlu mesti mereka sebarkan dengan baik kepada masing-masing anggota. Dengan demikian, seluruh kru bisa memberikan kontribusi yang terbaik agar shooting dapat diselesaikan sesuai rencana dengan baik, serta berharap mendapatkan hasil yang terbaik.
Jelas sudah bahwa membuat film butuh kerjasama antar banyak orang. Di antara sekian banyak orang yang terlibat, ada yang disebut sebagai tim inti. Tim inti adalah mereka yang semenjak awal terlibat dalam produksi film kita dan kerjanya menjadi acuan rekan kerja yang lain. Dalam kelompok kecil ini, segala diskusi dimatangkan dengan sempurna. Nantinya kerja anggota tim lain dikoordinasikan berdasarkan hasil kerja tim inti kita.
Siapa saja yang tergabung dalam tim inti? Bagian berikut ini akan merinci siapa-siapa saja yang termasuk di tim ini.
Setidaknya ada enam orang yang kita butuhkan dalam tim inti yaitu: produser, sutradara, manajer produksi, disainer produksi, penata fotografi dan asisten sutradara 1. Bagian berikut ini memuat penjelasan peran dari keenam orang yang dibutuhkan dalam tim inti kita.
1. Produser/Producer
Produser mengepalai departemen produksi yang biasa jadi penggerak awal sebuah produksi film. Sebagaimana kerap tercantum dalam opening credit title, ada lebih dari satu orang yang menyandang predikat setara produser dalam sebuah produksi film. Mari kita simak satu per satu.
Executive Producer(s)
Predikat ini umumnya disandang oleh satu atau sejumlah orang yang menjadi inisiator produksi sebuah film. la atau merekalah yang bertanggungjawab atas pra produksi proposal dan penggalangan dana produksi. Pada kasus-kasus tertentu, produksi suatu film didanai oleh lebih dari satu institusi. Umumnya institusi-institusi tersebut memiliki wakil untuk menyandang predikat ini.
Di Indonesia, seringkali executive producer diterjemahkan menjadi produser pelaksana. Penerjemahan tersebut agak kurang tepat. Dalam sebuah produksi film, tidak ada produser pelaksana. Yang melaksanakan produksi adalah produser beserta departemen produksi yang ia pimpin.
Associate Producer(s)
Associate producer adalah satu atau sejumlah orang yang punya hak mengetahui jalannya produksi maupun mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar produksi. Sekalipun demikian, associate producer tak punya hak untuk mencampuri segala keputusan yang diambil dalam sebuah produksi fim. Predikat yang kurang jelas ukurannya ini lazim 'dijual' demi kepentingan pembiayaan produksi film. Predikat ini acap diberikan kepada satu atau lebih orang atau institusi yang punya jasa cukup besar bagi sebuah produksi film dan/atau meminta 'bagian' dalam tim inti produksi film. Kadang-kadang predikat ini diberikan pula pada manajer produksi yang terlibat sampai ke tahap pasca produksi.
Produser/Producer(s)
Predikat ini disandang oleh orang yang memproduksi sebuah film, bukan membiayai atau menanam investasi dalam sebuah produksi film. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi, sesuai dengan anggaran yang telah disepakati oleh executive producer(s).
Apabila kita tidak punya latar belakang pengetahuan maupun pengalaman yang memadai tentang produksi film, ada baiknya kita menyewa jasa seorang produser yang punya kapabilitas untuk itu. Pelajari baik-baik riwayat pekerjaannya karena jenis film yang pernah ia tangani akan sangat menentukan keberhasilan film kita. Sekali kita sepakat memakai jasanya, berikan kepercayaan sepenuhnya pada produser kita. Produser mempunyai otoritas membentuk tim kerja, biarkanlah ia bekerja secara maksimal tanpa kita intervensi.
Memberi kepercayaan kepada produser tidak berarti kita kehilangan fungsi kontrol. Kita bisa menanyakan pertimbangan apa yang digunakan produser dalam mengambil keputusan dan apa dampaknya. Lewat pertanyaan-pertanyaan ini, kita bisa mengontrol kerja produser seraya belajar tentang seluk beluk produksi fim.
Jika kita ingin mencoba menjadi produser bagi film kita sendiri, mulailah dari produksi film yang sederhana. Pelajari dengan baik seluruh tahapan produksi sebuah film seraya belajar mencari jalan keluar atas masalah-masalah yang mungkin muncul. Pelajari peran masing-masing departemen dan cara mereka saling berinteraksi. Berkomunikasilah dengan semua kepala departemen dan catat apa yang mereka dapat dan ingin perbuat untuk memaksimalkan produksi film kita. Sebagai produser, kita dituntut menjadi orang yang bisa menyelesaikan masalah dan yang mampu berdiri sebagai penengah.
Line Producer(s)
Line producer(s) tak ubahnya seorang penyelia (supervisor). Tugasnya membantu memberi masukan dan alternatif atas masalah-masalah yang dihadapi oleh seluruh departemen dalam Iingkup manajerial dan dalam batasan anggaran yang sudah disepakati. Line producer tidak ikut campur dalam urusan kreatif. Dengan begitu, line produser tidak terlibat dalam proses casting (penentuan pemeran) dan pengembangan skenario.
Jabatan ini menjadi perlu apabila executive producer, produser dan/atau manajer produksi yang terlibat di dalam tim tidak cukup menguasai manajemen produksi. Line producer terkadang diminta oleh sejumlah sutradara yang sudah mapan yang merasa dapat bekerja dengan Iebih nyaman apabila didampingi oleh orang yang kenal cara dan ritme kerjanya. Apabila produser dan manajer produksinya mampu mengelola kerja seluruh tim produksi dengan efektif, maka jabatan line producer bisa ditiadakan.
2. Sutradara/Director
Kerja sutradara dimulai dari membedah skenario ke dalam director's treatment yaitu konsep kreatif sutradara tentang arahan gaya pengambilan gambar. Selanjutnya, sutradara mengurai setiap adegan (scene) ke dalam sejumlah shot menjadi shot list yaitu uraian arah pengambilan gambar dari tiap adegan. Shot list tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam story board yaitu rangkaian gambar ala komik yang memuat informasi tentang ruang dan tata letak pemeran (blocking) yang nantinya akan direkam menjadi sebuah film. Berbekal director's treatment, shot list dan story board, maka script breakdown bisa dikerjakan. Sutradara kemudian memberi pengarahan tentang film apa yang akan dibuat. Untuk itu, sutradara harus berkomunikasi secara intensif dengan desainer produksi, asisten sutradara, penata fotografi, penata artistik, penata suara dan editor. Memiliki daya visual dan kemampuan berkomunikasi dengan baik adalah modal penting sebagai seorang sutradara.
3. Manajer Produksi/Production Manager
Kerja seorang manajer produksi berperan sebagai koordinator harian yang mengatur kerja dan memaksimalkan potensi yang ada seluruh departemen yang ada dalam produksi sebuah film. Dialah yang paling bertanggung jawab dalam operasional produksi mulai dari tahap pra produksi hingga produksi usai, baik itu urusan administrasi, anggaran, perlengkapan shooting (equipment), logistik, transportasi maupun akomodasi. Tiap hari ia membuat check list, mendaftar apa yang sudah dan yang belum dikerjakan, sambil mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dan menyiapkan alternatif pemecahannya. Pengetahuan teknis standar produksi film merupakan pra syarat mutlak bagi pengemban jabatan ini. Tanpa pengetahuan yang memadai, ia akan menemui kesulitan dalam melakukan koordinasi dan mengambil keputusan yang tepat. Manajer produksi berperan seperti komandan pemimpin pasukan yang misinya menyelesaikan produksi film on time (tepat waktu) dan on budget (sesuai anggaran); dua hal ini yang menentukan reputasi seorang manajer produksi.
Dalam film produksi Hollywood jabatan ini ditulis sebagai Unit Production Manager atau disingkat UPM. Ia memiliki satu atau lebih pembantu yang disebut asisten produksi (production assistant). Dalam produksi-produksi film di Indonesia sering orang memanggil asisten produksi dengan sebutan unit. Unit dan Unit Manager adalah pembantu manajer produksi dalam kegiatan operasional sejak masa pra produksi. Istilah yang akan dipakai di sini adalah Asisten Produksi dan Manajer Produksi. Sebutan Manajer produksi lebih pas dibanding Pimpinan Produksi (pimpro) karena ia me-manage seluruh kegiatan harian produksi film tersebut. Pimpro lebih tepat untuk proyek-proyek lain, tapi tidak untuk produksi film. Begitu juga dengan Asisten Produksi yang lebih tepat karena ia bisa bergungsi mengerjakan semua hal dalam produksi film di bawah arahan Manajer Produksi. Sedangkan sebutan unit berkonotasi ke arah pembantu secara sempit. Asisten produksi adalah motor dari departemen produksi. Setiap tindakan di lapangan selalu diawali dan diakhiri oleh asisten produksi. Asisten produksilah yang memastikan agar semua keperluan shooting yang tercantum dalam script breakdown tersedia seraya melakukan pengecekan silang (cross check) ke semua departemen semenjak tahap pra produksi hingga shooting rampung. Apabila ada masalah yang tidak bisa ia atasi, barulah ia minta saran ke manajer produksi untuk mencari solusi. Untuk produksi yang lebih kompleks mungkin kita membutuhkan Koordinator Produksi (production coordinator) yang bergungsi menjadi koordinator beberapa asisten produksi dan bertanggung jawab kepada manajer produksi.
Seorang manajer produksi yang baik mampu mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dan menyiapkan alternatif-alternatif sehingga produksi berjalan sesuai rencana. Ia membantu produser untuk menjalankan produksi sesuai alokasi anggaran dan waktu yang telah disepakati; on time and on budget. Reputasi bagus manajer produksi adalah kemampuannya mendukung produser dan seluruh tim kreatif untuk menyelesaikan shooting sesuai rencana kreatif dan manajerial.
Masih dalam konteks Hollywood, sebelum menjadi manajer produksi, seseorang harus bekerja selama 260 hari sebagai asisten sutradara 1 setelah sebelum menjalani 520 hari kerja sebagai asisten sutradara 2 (Singleton, 1996, hal 105-106). Apabila prasyarat ini yang dipakai, maka semakin langka lagi orang Indonesia yang memenuhi kualifikasi tersebut.
Di Indonesia, seorang manajer produksi biasanya dicetak dari asisten produksi yang dididik dalam beberapa kali produksi film. Setelah mendapat pembekalan tentang pengetahuan standar produksi film, asisten produksi ini kemudian dipromosikan sebagai manajer produksi. Jalur lain adalah melalui asisten sutradara. Asisten sutradara yang baik umumnya mampu menjadi manajer produksi yang baik pula. Sayangnya, kebanyakan asisten sutradara enggan jadi manajer produksi dan lebih berannbisi menjadi sutradara. Di Indonesia, sutradara dianggap jauh lebih bergengsi ketimbang manajer produksi. Seiring dengan langkanya produksi film cerita di Indonesia, semakin jarang pula orang-orang yang memenuhi kualifikasi sebagai manajer produksi.
Sekedar catatan, 'orang produksi' (istilah untuk mereka yang tergabung dalam departemen produksi) bertugas melayani semua kebutuhan produksi, sehingga orang produksi akan selalu berurusan dengan uang. Untuk itu, bijaksanalah dalam pengaturan uang ini. Catatlah dengan baik dan lengkap pemasukan dan pengeluaran agar jelas pertanggungjawabannya. Ini semua juga demi kebaikan seluruh proses produksi film kita.
4. Desainer Produksi/Production Designer
Awalnya predikat ini diberikan kepada William Cameron Menzies, art director film Gone With the Wind (1939), karena is dianggap berperan lebih dari sekedar seorang art director. Menzies mendesain dan membuat sketsa untuk memvisualisasikan setiap shot dalam film Gone With the Wind tersebut. Ketika itu Hollywood membutuhkan waktu lama untuk melahirkan desainer produksi berikutnya setelah Wiliam Menzies.
Tugas utama seorang desainer produksi adalah membantu sutradara menentukan suasana dan warna apa yang akan tampil dalam film. Desainer produksi menerjemahkan apa yang jadi keinginan kreatif sutradara dan merancangnya. Desainer produksi kemudian membimbing story board artist (juru gambar story board) untuk menghasilkan story board yang sesuai. Desainer produksi juga menata ruang dan tata letak perabot, merancang nuansa cahaya dan warna seraya menggeluti semua elemen kreatif seperti suara, tata rias, busana, property, luar bidang gambar dan tata letak pemeran. Seorang desainer produksi pun harus tahu lensa-lensa apa saja yang bisa menciptakan efek yang sesuai dengan keinginan sutradara sampai ke gerak kamera apa saja yang dapat membuat sebuah adegan tampak mengesankan.
Untuk itu, diperlukan pengetahuan luas dalam soal kreatif dan teknis agar seorang desainer produksi mampu menuangkan keinginan sutradara menjadi sebuah rancangan yang mudah dimengerti oleh semua kepala departemen. Saat ini di Inggris dan Hollywood, hampir setiap produksi film menuntut kehadiran seorang desainer produksi.
Di Indonesia sendiri jabatan ini masih langka. Prasyarat memiliki pengetahuan luas adalah salah satu sebab posisi ini jarang terisi. Biasanya fungsi kerja ini dilakukan bersama-sama antara sutradara, penata artistik dan penata fotografi. Memang banyak pihak yang belum menyadari pentingnya arti desain produksi dalam sebuah film. Malah beberapa orang mengartikan desain produksi sebagai sebuah rancangan manajerial dalam produksi film. Ketidaktahuan ini menjadi semakin salah kaprah ketika diterapkan dalam banyak produksi film dalam waktu yang lama. Akhirnya desain produksi kehilangan esensinya. Bila kita memproduksi sebuah film, maka sangatlah dianjurkan untuk membuat desain produksi terlebih dahulu agar story board film kita dapat menjadi acuan yang baik bagi kelangsungan shooting secara keseluruhan.
5. Penata Fotografi/Director of Photography
Begitu story board disepakati, kini giliran penata fotografi (director of photography/DOP) yang bekerja. Melalui diskusi dengan desainer produksi, sutradara, asisten sutradara dan penata artistik, penata fotografi mendapat gambaran lengkap tentang apa Baja yang berlangsung dalam set, bagaimana sebuah adegan berlangsung dan efek apa yang ingin dicapai. Kemudian ia merancang tata cahaya dan tata kamera yang sesuai kemudian menyusun daftar seputar lampu yang akan dipakai, kamera yang dibutuhkan, jenis film, lensa dan filter lensa serta peralatan khusus lainnya. Daftar tersebut kemudian ia serahkan kepada manajer produksi yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Bersama manajer produksi ia memastikan semua kebutuhan itu terpenuhi. Bila ada hal yang tidak bisa dipenuhi - misalnya alai tersebut tidak terdapat di Indonesia dan tidak mungkin untuk menyewanya dari luar negeri - ia berupaya mencari solusinya. Anggaran bukanlah faktor penghambat pengadaan perlengkapan shooting. Manajer produksi akan dan harus mengupayakan tersedianya segala kelengkapan yang dibutuhkan untuk kelangsungan shooting. Untuk itu kembali ia berdiskusi dengan sutradara, desainer produksi dan manajer produksi untuk mencari alternatif lain. Sedangkan untuk urusan tata cahaya, setelah rampung merancang komposisi lampu dan filter, penata fotografi menyerahkan kepada penata cahaya (gaffer atau chief lighting) untuk bekerja bersama asistennya demi menciptakan komposisi sesuai hasil rancangan penata fotografi. Singkatnya, secara teknis, seorang penata fotografi menentukan kualitas gambar yang terekam dalam film kita.
Di Indonesia, selama bertahun-tahun jabatan penata fotografi sering disalahartikan sebagai operator kamera (cameraman). Operator kamera adalah orang yang mengoperasikan kamera, sementara penata fotografi mengepalai departemen yang bisa terdiri dari sejumlah operator kamera. Penata fotografilah yang mengkoordinasikan seluruh anggota departemennya untuk menghasilkan gambar yang diinginkan untuk film tersebut. Sementara operator kamera bertanggung jawab mengoperasikan kamera, tanpa menentukan lensa atau filter kamera apa yang cocok atau jenis dan filter lampu apa yang dipakai. Pendeknya, penata fotografi merancang apa yang harus dilakukan oleh para operator kamera.
Penyebab salah kaprah tersebut adalah karena tidak memahami perbedaan antara operator kamera dan penata fotografi. Karenanya, operator kamera dan penata fotografi dianggap sama. Selain itu, biasanya tidak tersedia biaya yang terpisah untuk menyewa penata fotografi dan operator kamera. Minimnya produksi film, terutama semenjak tahun 1992, juga punya andil tersendiri. Untuk menjadi penata fotografi yang baik, seseorang operator kamera mestinya punya jam terbang yang memadai. Karena produksi film anjlok, kesempatan belajar pun menjadi sempit dan tenaga terampil menjadi langka.
Seiring dengan berjalannya waktu, produksi sinetron marak berkembang. Ini memberi kesempatan kepada sejumlah operator kamera untuk mengasah keterampilannya agar bisa naik jabatan menjadi penata fotografi. Uniknya, sekalipun beberapa sudah mampu menjadi penata fotografi, kebanyakan masih senang mengoperasikan kamera.
6. Asisten Sutradara 1/First Assistant Director
Di tahap pra produksi, diperlukan seseorang untuk membantu sutradara menerjemahkan hasil director's treatment ke dalam script breakdown dan shooting schedule. Orang ini diberi predikat asisten sutradara 1. Asisten sutradara 1 ini jugalah yang mendikusikan segala keperluan shooting dengan manajer produksi. Apabila seorang sutradara mempunyai seorang asisten sutradara 1 dan manajer produksi yang baik, maka bisa dibilang sutradara tersebut tinggal terima jadi karena semua yang ia butuhkan sudah tersedia.
Tips.
1. Kalian bisa saja merangkap sekaligus dua atau tiga jabatan dalam produksi film. Hal yang paling penting adalah masing ‑ masing anggota tim produksi tahu tugasnya dan mampumenjalankan tugasnya dengan baik.
2. Upayakan mendapat surat pernyataan dari tiap kru, pemain, pengisi suara, pemilik lokasi dan pencipta lagu yang menyatakan bahwa tiap individu tersebut mendukung produksi film kita dan merelakan upayanya digunakan dalam film kita (misal: suara, gambar, lagu atau lokasinya). Agar lebih jelas silakan lihat bagian KONTRAK KERJA
Sumber :
CD Interaktif
Program Bimbingan anak Sampoerna (PBA) Karya Kita
Bengkel Film Pemula
Comments (0)
Posting Komentar