Jumat, April 30, 2010

B.L.A.C.K




"Just like mine, will not start with A, B, C, D and E. But with B,L,A,C,K"







India...India... dan India...hhhuuufff... baiklah Gw akui beberapa film Bollywoo kali ini sangat menyita perhatian. Setelah berurai air mata melalui “My name is Khan” dan “3 Idiots” seorang teman freak ngasih film India lagi berjudul “B.L.A.C.K”. Awalnya ga terlalu tertarik nonton tapi setelah dikompor-komporin “Kalo bilang My name is Khan ma 3 Idiots bagus, U harus nonton ini...”...eeemmm nampak Oke. Jumat siang, bukan hari sempurna untuk nonton film coz suhu kamar lagi panas2nya tapi untuk ngisi waktu jadi Gw liatlah tuh “B.L.A.C.K”....


“B.L.A.C.K” (2005). mengambil kisah nyata perjuangan legendaris Helen Keller si Tunarungu, tunanetra dan tunawicara (tuli, buta dan bisu) sejak bayi kelahiran Alabama USA 1880 dalam menjalani kehidupannya bersama seorang guru Anne Mansfield Sullivan Macy yang mengajarkan semua hal sampai Helen berhasil lulus Bachelor of Arts degree dan menjadi staff pengajar serta aktivis. kehidupan Helen tentu sangat sulit mengingat keterbatasan namun keberhasilannya bikin sebagian besar orang yang dengar kisah Helen terinspirasi akan arti semangat dan perjuangan hidup.


“B.L.A.C.K” mengadopsi kisah Helen dengan begitu apik dan ditel, selain penyesuaian peran dan seting selebihnya sama kaya kisah asli. Catherine 'Cathy' McNally (Shernaz Patel) begitu bahagia atas kelahiran anak pertamanya Michelle McNally (Ayesha Kapoor) namun ketika Paul McNally (Dhritiman Chatterjee) sang ayah mengabarkan analsa dokter kalau putri pertama mereka menderita deafblind (buta-tuli) sontak kebahagian sirna. Michelle tumbuh seperti anak keterbelakangan mental, brutal, pembangkang, tak terkendali, bertindak semaunya tentu dapat dipahami ketika seorang anak tidak dapat rangsangan dan berinteraksi secara normal dengan dunia luar. Michelle hanya terkungkung pada dunia “hitam”nya saja tanpa ada harapan. Prilaku tak terkendali Michelle juga mengancam keselamatan seisi keluarga terutama adiknya, Sara. Maka saat usia 7 tahun Paul memutuskan mengirim Michelle ke rumah sakit jiwa. Sebagai seorang ibu, Mrs. McNally jelas2 tidak setuju dan memohon kesempatan satu kali lagi. Mrs McNally mendatangkan guru dari sekolah khusus dialah  Debraj Sahai (Amitabh Bachchan), seorang pemabuk dengan kebiasaan eksentrik nan nyeleneh namun filosofis dan sangat paham menangani anak2 deafblind. Kisah luar biasa baru saja dimulai, perjalanan panjang Debraj menjadikan Michelle yang mandiri dan berpendidikan tinggi. Kesulitan, suka duka, perjuangan, tantangan menjadikan “B.L.A.C.K” mengalir dinamis, membawa penonton ke ending tak terbayangkan.


Jujur aja Gw ga kenal tuh sama Sanjay Leela Bhansali sang sutradara namun kemampuan mengolah cerita patut diacungi 4 jempol. Sangat mengalir meski di awal2 aga membingungkan. Bgaimana emosi penonton sedikit demi sedikit digiring hingga kita dapat merasakan aura dan situasi di film hingga klimaks penuh emosi dibalut dialog2 touchy penuh makna. Tak lupa sentuhan cinematografi ciamik, ga kalah rapi, sangat enak dilihat, bagaimana tangan2 dibawah rintikan air, bagaimana ketika Debraj duduk di air mancur, bagaimana visualisasi interior rumah, bagaimana lingkungan sekitar, sangat memukau. Kalo kata sang referal “film ni ga berasa indianya” dan Gw setuju meski ada juga scene2 “pakem” Indianya tapi itu tidak mengganggu sama sekali bahkan memperkuat mood. “B.L.A.C.K” punya pesan moral kuat sekali sampe bisa memotivasi setiap penonton untuk bertindak apalagi diangkat dari kisah nyata. Gw rasa “B.L.A.C.K” bukan seperti film mainstreem biasa namun jauh lebih bermakna.





Ayesha Kapoor si pemeran Michelle kecil yang merepresentasikan Helen kecil  juga menyita perhatian Gw, akting sebagai anak deafblind terasa oke banget, natural, gemes, ngeri, simpati kadang lucu. Gesture dan ekspresi bikin penonton percaya kalo dia deafblind beneran. Tak heran kalau Ayesha diganjar “Best Actress in a Supporting Role” oleh “Awards of the International Indian Film Academy” tahun 2005 dan “Best Supporting Actress” dalam ” Filmfare Awards” di tahun yang sama. 2 jempol untuk  Ayesha kapoor.

Ga aneh pula kalo anak2 kecil bahkan semua orang heboh banget waktu Amitabh Bachchan mau datang ke pemukiman kumuh India bahkan ada yang sampe rela nyebur ke tempat penampungan kotoran demi foto Mr Amitabh Bachchan dalam pembuka “Slumdog millionaire” karena emang Keren Banget. Ah Gw speechless mendeskripsikannya. Peran sebagai  Debraj Sahai (atau Anne Mansfield Sullivan Macy dalam kisah nyata) sangat keren, lagi2  Sanjay Leela Bhansali bikin Gw berfikir “jangan2 nih Amitabachan bener2 guru deafblind lagi???” emosi dengan lawan bain juga sangat terasa, kalo orang sebut kemistri mereka yoi banget, dengan kesabaran, ketegasan, perjuangan Debraj membimbing Michelle hingga konflik diri sendiri menumbuhkan simpati penonton. Salut untuk bang Amitabh.



Meski Rani Mukherjee berperan sebagai Michelle remaja-dewasa sepertinya terkenal dikalangan pecinta film India tapi Gw ga begitu terpukau meski aktingnya harus diakui mengesankan sekali, mood Ayesha kapoor juga tetap terjaga. Penilaiannya keren.


Tentu Gw yakin bagusnya ni film juga ditunjang riset yang baik. Semua keliatan "wajar" n masuk akal mulai dari dialog, akting terutama gesture para pemain. Enang bukan full fiction atau film fantasi sehingga lebih mudah diterima logika. Hasil riset juga diaplikasikan baik oleh pemain sehingga apa yang tampil jadi terasa real.


Secara keseluruhan ini film “Highly recommended” banget, selain ceritanya yang memang udah touchy abis, akting memukai, sinematografi cantik dan pesan yang kuat tidak diragukan lagi “B.L.A.C.K” patut disaksikan semua orang, semua kalangan.


NB : “The miracle worker” adalah film pertama yang kengangkat kisah Helen Keller dengan visualisasi, peran dan situasi yang dibuat semirip mungkin dengan kisah asli. Release 28 July 1962 dengan sutradara Arthur Penn dan penulis William Gibson. “The miracle worker” juga berhasil menyabet OSCAR “Best Actress in a Leading Role, ” Best Actress in a Supporting Role” dan nominasi ” Best Costume Design, Black-and-White”, ” Best Director”, ” Best Writing, Screenplay Based on Material from Another Medium” pada Academy Awards, USA 1963. Selain itu berbagai penghargaan internasional juga ikut mengiringi keberhasilan “The miracle worker” menghanyutkan penonton.

Ditulis oleh Robby Prasetyo CC 2005
diImport dari : Obbye's blog http://obbye.blogspot.com

Comments (0)

Posting Komentar