Jumat, September 26, 2008

LASKAR PELANGI

Setelah sukses menjadi novel best seller dengan penjualan lebih dari 500.000 eksemplar, kini Laskar Pelangi siap diangkat ke layar lebar dan akan memasuki tahap syuting pada tanggal 25 Mei 2008. Film ini diproduksi oleh Miles Films bekerjasama dengan Mizan Cinema Productions, ”B” Edutainment dan Iluni UI.
Laskar Pelangi adalah sebuah kisah anak bangsa yang menggambarkan perjuangan guru dan 10 siswa di Belitong untuk sebuah pendidikan. Ide pembuatan film ini berawal dari rasa kagum Mira Lesmana dan Riri Riza selaku Produser dan Sutradara film ini terhadap buku karya Andrea Hirata yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2004. “Buku Laskar Pelangi sanggup membuat kita tiba-tiba merasa bangga jadi orang Indonesia dan memompa semangat serta optimisme kebangsaan, dengan hadirnya karakter anak-anak Laskar Pelangi, Ibu Muslimah dan Bapak Harfan,” ucap Mira Lesmana selaku Produser film ini. Selaku sutradara film Laskar Pelangi, Riri Riza mengungkapkan: “Laskar Pelangi memiliki cerita yang unik dan penuh dinamika dengan hadirnya 10 siswa dengan kararkter yang sangat kuat dan seorang guru ambisius yang mempunyai cita-cita besar dan luhur. Dan Andrea Hirata adalah faktor yang sangat penting kenapa kami ingin memfilmkan buku Laskar Pelangi ini. Saat pertama kali ketemu dengan Andrea, ada antusiasme yang terlihat di dirinya. Bertemu Andrea Hirata seperti melihat matahari yang bersinar keras sekali dan sangat inspiring.” Bagi sang penulis, Andrea Hirata, bukan hal yang mudah untuk mengijinkan karya sastra pertamanya ini untuk difilmkan. Jelas Andrea mempunyai alasan khusus kenapa ia mempercayakan penggarapan film Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. “Ada beberapa alasan kenapa saya rela menyerahkan cerita Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. Pertama, Mira dan Riri adalah sineas yang memiliki integritas, yang tidak semata melihat keinginan pasar dalam membuat karyanya. Kedua, Mira dan Riri mempunyai talent yang langka dalam membuat sebuah karya seni. Mereka bisa membuat film box office, tapi tetap bermutu. Dan setelah lama bergaul dengan mereka, saya semakin yakin kalau kedua sineas ini mempunyai indra keenam dalam membuat sebuah karya dan mempunyai perspektif yang unik,” ungkap Andrea. Sementara menurut Putut Widjanarko, Vice President Operation Mizan Publika, dengan terjunnya Mizan dalam produksi film ini merupakan konsekuensi logis dari strategi pengembangan Mizan ke depan. “Mizan Prouductions sangat bangga bekerjasama dengan Miles Films menghadirkan film yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh masyarakat Indonesia ini. Apalagi buku best seller Laskar Pelangi adalah terbitan salah satu penerbit dalam kelompok Mizan, yaitu penerbit Bentang Pustaka.” Setelah melewati proses pertemuan dan diskusi dengan sang penulis selama satu tahun, akhirnya Juli - Desember 2007, proses penulisan skenario yang ditulis oleh Salman Aristo, dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana pun dimulai. Dan persiapan produksi pun sudah dilakukan sejak Juli 2007 lalu dengan melakukan proses penulisan skenario, survey lokasi, serta casting para pemain Laskar Pelangi. “Dalam proses pembuatan film ini hampir 100% pengambilan gambar dan syuting dilakukan di Belitong. Dan satu hal yang cukup istimewa di film ini, 12 orang pemain, 10 Laskar Pelangi dengan dua karakter pelengkap yang memerankan Flo dan A Ling, semuanya asli dari Belitong,” cerita Mira, antusias. Adapun keinginan Rira dan Mira untuk menampilkan anak-anak asli Belitong agar chemistry antara cerita dan para pemain muncul secara real dan natural. “Sejak awal kami memang tidak terpikirkan untuk menggunakan pemain di luar kota Belitong untuk tokoh-tokoh anak Laskar Pelangi. Jadi proses hunting dan casting pemain pun sudah kami lakukan sejak awal persiapan produksi,” ujar Riri. “Meskipun anak-anak ini belum berpengalaman dan awam dengan dunia akting, tapi mereka ini adalah anak-anak yang sangat berbakat, punya keberanian, mau mencoba, dan yang terpenting, mereka bisa mempresentasikan tokoh-tokoh utama di film ini,” lanjut Mira. Setelah menjalani proses hunting dan casting di Belitong, akhirnya terpilih juga 12 orang pelajar Belitong yang akan memerankan karakter Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, Borek, Kucai, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Flo, dan A Ling. Meski begitu, bukan berarti Mira luput menampilkan para pemain profesional. 12 nama aktor profesional pun turut tampil meramaikan film ini, seperti Cut Mini, Ikranegara, Lukman Sardi, Ario Bayu, Tora Sudiro, Slamet Raharjo, Alex Komang, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, Robbie Tumewu, JaJang C. Noer, dan Teuku Rifnu Wikana. http://www.laskarpelangithemovie.com/

Comments (2)

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Ini dia salah satu film yang Aku tungu2 di taun ini. Tanggal 25 September kayanya lama bener. Sebuah film karya Riri Riza yang mengadaptasi novel Andrea Hirata.. "Laskar pelangi"

Aku mu nonton premiere, namun sayang terlambat, studio 21 jatos dah penuh, mu ke Blitz juga kayanya percuma, so terpaksa dipending mpe besoknya.

Novelnya begitu dahsyat tapi nemurut Aku, Riri gagal (meski ga gagal2 amat) dalam memenuhi harapan pembaca novelnya, setidaknya Aku yang kecewa.

Diawal sampe pertengahan koq rasanya ceritanya flat banget, feelnya ga berasa. Beda banget kalo kita baca novelnya yang bener2 ditel. baru dari pertengahan sampe akhir feelnya mulai kerasa.

Mungkin salah satu penyebab kenapa feelnya ga dapet tuh karena 10 tokoh laskar pelangi nggak diceritain lebih ditel tentang hubungannya dengan Ikal, malah yang keliatan cuma persahabatan 3 orang, Mahar, Ikal ma Lintang, mungkin sedikit samson dan sedikit Kucai. Apalagi penggambaran dan durasi keluarnya si A ling terlalu pendek untuk ngegambarin cinta pertama, kejadian di belakang kelenteng terasa sangat flat..

Bu Mus... Kenapa yack Cut Mini!? Sayang gesture Cut Minie kurang bu Muslimah dalam bayangan Aku, entah apa!? salah satunya feel waktu menunggu "Harun" waktu penerimaan murid terasa tidak begitu cemas..

Mungkin salah satu faktor kenapa feelnya ga kena gara2 banyak adegan "Keakraban" yang ilang, untuk yang belum baca novelnya bisa aja ga berasa tapi kalo yang udah bakalan kucewa banget, malah ada adegan ga terlalu penting kaya "Mahar" dkk yang nyanyi2 menghibur si Ikal.. meski lumayan kocak tapi tetep aja nggak banget.. Adegan mencari flo kemana, tiba2 di cut ga jelas, kenapa Flo bisa nemplok di Muhamadiah juga jadi ga jelas.

Oh iya.. Bodenga.. ah itu ga serem, kurang "Bodenga", kemana "Tuk bayan tua"nya!?, kemana perjalanan super keren di lautan yang ganas!?, dimana keindahan balitong yang terhampar gunung dan lembah!?, mana adegan memungut kapur bareng Ikal-A Ling!? Mana saat2 Ikal terus membaca buku yang diberikan A Ling sebagai dorongan spiritual Ikal untuk terus bermimpi!?

Yack itulah resiko film adaptasi novel, ekspektasinya gede banget coz imajinasi orang bisa mengila tanpa batas. Pastinya Salman Aristo, Riri, Mira lesmana, Bang Andrea dkk dah berjuag segila mungkin, Aku tau bikin film tuh susahnya bukan maen, keterbatasan durasi, dana, DM, teknologi ah pokonya banyak..

Overall Aku kasih nilai 8.75 dari 10 (outof the box menyumbang nile paling gede menutupi kekurangan feel)

Posting Komentar