SEDIKIT TENTANG SINEMA
Sejarah Singkat Sinema
Cinematographe, kamera yang juga berfungsi sebagai proyektor, milik Lumiere bersaudara adalah modifikasi dari alat ciptaan Thomas Alfa Edison yang bernama Kinetoscope. Kalau sebelumnya menonton film dilakukan dengan cara mengintip gambar bergerak di satu lubang secara bergantian, maka Cinematographe menandai dimulainya era pertunjukan film untuk orang banyak. Untuk pertama kalinya di dunia, tanggal 28 Desember 1895, puluhan orang berada dalam satu ruang guna menonton film yang diproyeksikan ke sebuah layar lebar. Lumiere bersaudara menyewa sebuah ruang bilyar tua di bawah tanah di Boulevard des Capucines, Paris yang kemudian dikenal sebagai ruang bioskop pertama di dunia. Grand Cafe, nama tempat itu, tiba-tiba menjadi begitu populer di Eropa. Ribuan orang berbondong-bondong ingin menonton film buatan Auguste dan Louis Lumiere. Saat itu pengalaman menonton film di dalam sebuah ruangan adalah sama sekali baru bagi semua orang.
Set adalah tata ruangan yang menjadi obyek visual untuk tiap adegan. Agar tidak terjadi salah paham tentang ukuran, warna, riasan dan jumlah perabot dalam sebuah set, konfimasi ulang dengan sutradara dan penata fotografi kita.
Film The Jazz Singer (Sutradara: Alan Crosland, 1927, hitam putih) adalah film pertama di dunia yang menyajikan secara lengkap musik, dialog dan nyanyian.
Sebelum tahun 1927 sudah ada upaya membuat film "bicara" namun upaya tersebut baru "dianggap sempurna" pada film The Jazz Singer. Dalam film ini, suara untuk dialog dan nyanyian sudah dapat disinkronkan dengan gerak mulut para pemeran.
Dalam era film bisu, pertunjukan film umumnya diiringi musik secara langsung (live music performance). Jadi sebenarnya film itu disajikan dengan suara, tidak sepenuhnya hening.
Film "bicara" pertama Indonesia adalah Terpaksa Menika (Sutradara, Penata Fotografi dan Suara: G. Krugers, 1932). Film itu dipromosikan sebagai berikut: "100% bicara, musik dan nyanyi. Lebih terang, bagus, kocak dan ramai dari Njai Dasima "
Film cerita panjang berwarna pertama di dunia yang dibuat dengan sistem Technicolor adalah Black Pirate (Sutradara Albert Parker, 1926, bisu) Technicolor kemudian berkembang menjadi merk dagang dan digunakan sebagian besar film berwarna sesudahnya.
Dalam tahun 1920 -1930 an film "bicara" belum tentu berwarna dan sebaliknya.
Tahun 1952 menandai awal produksi film berwarna pertama Indonesia Rodrigo de Villa (Sutradara: Gregorio Fenandez, Rempo Urip). Seluruhnya dikerjakan di Studio LVN Manila, Filipina. Mulai tahun 1968 baru muncul `musim warna' dalam produksi film Indonesia, semua film mulai diproduksi dengan full colour.
Era video
Sekarang - lebih dari seratus tahun kemudian - teknologi produksi film telah berkembang pesat. Telah ditemukan video yang mengungguli film dari segi kemudahan. Video dapat merekam suara dan gambar dalam satu medium pada saat yang sama. Kelebihan lain adalah bobot kamera video yang lebih ringan dan mudah dioperasikan. Di Indonesia bahkan lebih dari 1000 buah film pendek dihasilkan dalam dua tahun terakhir (2002 - 2003) dengan menggunakan kamera video. Fenomena ini menujukkan dua ha!: pertama, antusiasme akan film tidak pernah padam sejak pertama kali film dipertunjukkan pada tahun 1895; kedua, perkembangan teknologi produksi film sangat membantu kemudahan orang awam untuk membuat film sendiri, guna tujuannya masing-masing.
Janis Film
Ditilik dari isinya ada beberapa jenis film (genre) yakni fiksi dan non fiksi. Termasuk dalam film non fiksi adalah film dokumenter. Film dokumenter bisa berisi tentang alam, flora, fauna dan manusia dengan cara hidupnya yang beragam. Sedangkan kelompok fiksi terdiri mencakup drama, suspense atau action, science fiction, horor dan film musikal. Ada Apa Dengan Cinta termasuk film drama. Sekuel film Terminator dan Die Hard termasuk suspense atau action. Crouching Tiger Hidden Dragon mewakili film action non barat, sering disebut film silat. Film Star Wars dan Matrix termasuk dalam science fiction. Jelangkung termasuk film horor. Petualangan Sherina dan Sound Of Music termasuk film musikal.
Dari penonton yang ditargetkan juga bisa membedakan film menjadi beberapa jenis: film anak, remaja, dewasa dan semua umur. Petualangan Sherina termasuk film anak. Princess Diary dan Ada Apa Dengan Cinta termasuk film remaja. Kebanyakan film dibuat untuk dewasa. Harry Potter dan Lord Of The Rings dibuat untuk semua umur.
Pemeran film juga bisa membedakan film jadi dua kelompok, animasi dan non - animasi. Animasi tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak. Film animasi macam Toy Story atau Finding Nemo disukai oleh semua kelompok umur. Indonesia memang belum menghasilkan film animasi yang sukses. Bila kita ingin serius menekuni pembuatan film, bukan tidak mungkin kita bisa menjadi pembuat film animasi yang jempolan.
Dari segi durasi film bisa dikelompokkan menjadi film panjang dan film pendek. Film Panjang biasanya berdurasi 60 menit atau lebih. Film pendek, sesuai kesepakatan beberapa festival film, berdurasi kurang dari 60 menit.
Bagi pemula tentunya akan lebih mudah bila kita berlatih untuk membuat film pendek terlebih dahulu. Ingat pembuat sukses macam Rudi Soedjarwo dan timnya juga mengawali debutnya dengan membuat film pendek Bintang Jatuh dan Tragedi. Jadi sangat mungkin kita menjadi pembuat film sukses dengan terlebih dahulu belajar membuat film pendek..
Sumber :
CD Interaktif Bengkel Film Pemula
Program Bimbingan anak Sampoerna (PBA) Karya Kita
HM, Sampoerna
Comments (0)
Posting Komentar